Kamis, 21 Juni 2012

Kisah Sukses Pengusaha Rumput Laut Thailand

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=HxbeZ6WjLCU]

Ya kali ini GTH salah satu perusahaan perfilman Thailand mengeluarkan debut film remaja berikutnya. Namun ini bukan sembarang film remaja berbau komedi romantis yang biasa diproduksi oleh perusahaan tersebut. Sebut saja Bangkok Traffic Love, Hello Stranger, dan Suckseed. Film The Billionair (Top Secret) bukan film biasa, ya ini merupakan film autobiografi perjuangan seorang pemuda bernama Top Ittipad.
Sebelum menonton biasanya daku memilih-milih film apa yang bagus untuk ditonton baik dari ide, story-telling, grafis, maupun inspirasi apa yang bisa didapatkan. Rugi dong nonton cuma buang-buang duit ga dapat apa-apa atau cuma dapat wah grafisnya doang namun poor story-telling maupun no inspiration matter. Kegiatan pilah-pilih ini biasanya dengan melihat trailer, membaca-baca review di imdb, yahoo-movies, kaskus, dan lain-lain. Sialnya kalo sempat membaca spoiler (bocoran jalan cerita film)nya juga, hehe. Untuk kali ini, trailer nya sudah cukup menarik, memanggil jiwaku untuk melihat kisah perjuangan jatuh bangun jadi pengusaha.
Walaupun penggambaran ditrailer dan biografi Top Ittipat sudah bisa menjelaskan ini film apa, mau dibawa kemana, dan endingnya gimana, namun cukup seru  menyaksikan jatuh bangun si Top meraih kesuksesan. Yup dunia enterpreneurship emang tidak senyaman seperti kerja kantoran. Walaupun dengan keuntungan yang besar, namun bayang-bayang resiko besar turut menyertai.
Top ittipat membayar kesuksesannya dengan berkorban jiwa, raga, waktu, kesenangan jadi gamer, termasuk berkorban cinta terhadap his girlfriend. Seperti kata ibu si Top, sesuatu itu akan datang kepadamu namun sesuatu yang lain akan menjauh darimu. Yup film ini fullinspirasi buat kamu-kamu yang ingin bergelut didunia bisnis. Kesuksesan bisnis tidak semudah membalik telapak tangan. Sabar, syukur, terus berjuang pantang menyerah, dan berdoa adalah Top secret (rahasia si Top).
Bagi fans film thailand tentang cinta-cintaan semu jangan terlalu berharap sama film ini, ya seperti yang telah saya katakan, ini bukan film biasa, film ini lebih kearah film motivasi hidup. Si Top malah meninggalkan cewenya agar bisa lebih sukses, hahaha. Ups spoiler.
Top Ittipat
Berikut sinopsis ringkas dari posternya:
The Billionaire
Saat usia 16, Dia adalah pencandu game online.
Saat usia 17, Ia putus sekolah untuk menjadi penjaja kacang.
Saat usia 18, Keluarganya bangkrut & meninggalkan hutang 40 juta Baht (sekitar 12 milyar rupiah)
Saat usia 19, Dia menciptakan cemilan rumput laut ‘Tao Kae Noi’ yg dijual di 3.000 cabang 7-Eleven di Thailand.
Kini, di usia 26, Ia adalah produsen cemilan rumput laut terlaris di Thailand, berpenghasilan 800 juta Baht (sekitar 235 milyar rupiah) per tahun & mempekerjakan 2.000 staf.
Namanya Top Ittipat, dan ini adalah kisah nyata hidupnya yang luar biasa.
Gambar di atas adalah Top Ittipat yang asli. Dalam film ini dia muncul kok sebagai cameo (pemeran figuran) doang, diakhir film pas di bank doi berpapasan dan memberikan senyuman pada ‘Top Ittipat’. Katanya pas adegan ini penonton thailand ramai bertepuk tangan. I wonder suatu hari ada pengusaha sukses Indonesia yang dibuat filmnya dan mendapat sambutan hangat juga tuk menginspirasi bangsanya. And I wonder that the one is me. Ya kalo bukan me adalah yg lain, hehe.
Tao Kae Noi snack
Sambil nonton, mencoba menikmati snack Tao Kae Noi. Tenang, aman kok, halal dari ulama thailand, ntu ada logonya. Hmmmm, lumayyan asin2 rumput laut. Bagi yg ga suka asin2, soalnya asin banget yg rasa original ini, bisa pilih yg rasa2 saja. Bungkus kecil ini 2000an, bungkus snack sedang 14rban kalo ga salah. Ada di caref*ur.
Sumber Photo: Poster: http://thaifilmjournal.blogspot.com, Top Ittipat: kaskus, Tao Kae Noi sample: koleksi pribadi

Mengapa kita harus takut gagal?

Kita tidak bisa menutup mata mengenai banyaknya kegagalan yang terjadi di tengah kita. Mulai dari kekalahan dalam olahraga sepak bola, bulutangkis, sampai kinerja lembaga yang hasil kerjanya belum kunjung bisa dibuktikan kesuksesannya. Ada juga kegagalan yang menyebabkan tidak hanya kerugian finansial yang besar, tapi juga hilangnya nyawa, seperti jembatan ambruk. Hal yang lebih berbahaya lagi malah bila dampak kegagalan sampai tidak bisa dihitung kerugiannya secara finansial, tapi kerusakannya begitu nyata, seperti suburnya korupsi sampai ke generasi yang lebih muda, ataupun lunturnya pendidikan moral dan budi pekerti.

Dengan gencarnya media sosial sekarang ini, caci-maki bila kegagalan terjadi seringkali membuat kita merinding. Terlepas dari besar-kecilnya kerugian yang ditimbulkan, komentar-komentar yang “sadis” segera saja menohok pelaku yang pada kenyataannya memang berbuat salah atau bodoh. Di perusahaan, bahkan dalam keluarga pun hal ini terjadi. Ada orangtua yang langsung menghukum anak yang mendapat angka buruk di ujian, ulangan, atau pe-ernya. Ada juga atasan yang segera mengganjar kesalahan atau kelalaian dengan cercaan, sehingga pelaku seolah-olah tidak diberi nafas, baik untuk memberi keterangan atau membela diri.

Beratnya hukuman terhadap kegagalan menyebabkan kegagalan bisa dianggap sesuatu yang alergik, tidak boleh terjadi, bahkan tidak boleh ada. Tak heran bila kita melihat tumbuh suburnya sikap defensif. Begitu ada gejala ke arah kegagalan, individu sudah pasang kuda-kuda, siap dengan telunjuknya untuk menuding orang lain. Bisa juga, ia memutar otak untuk berteori panjang lebar, mengeluarkan segala jurus analisa, yang penting, dirinya terlepas dari sorotan, apalagi tanggung jawab untuk menanggung akibatnya.
Kebiasaan untuk menghindari kegagalan ini selain menimbulkan stres, juga menghilangkan separuh kesempatan untuk belajar. Padahal kalau dipikir-pikir, mungkinkah kita belajar dari kesuksesan saja? Bila kita sedang mengalami sebuah sukses besar, bukankah kita cenderung tidak belajar dari situasi tersebut? Kita jarang sekali menganalisa “mengapa sukses ini terjadi?“, “Faktor apa yang dominan?“, “Apa tindakan kita ambil sehingga kesuksesan bisa berulang?”, atau, "Apakah ini hanya keberuntungan saja?" Sementara, bila kegagalan terjadi, dari orang awam sampai ahlinya, akan mengerahkan seluruh tenaga untuk menganalisa penyebabnya. Individu yang bijak akan langsung memikirkan solusi dan tindakan perbaikan. Jadi, mengapa kita begitu takut gagal?

Dekati kegagalan
Pesta-pesta kesuksesan di perusahaan sudah lazim kita alami. Sebaliknya, pernahkah kita menelaah bagaimana perusahaan menyikapi kegagalan? Microsoft, perusahaan yang supersukses, kerap “merayakan” kegagalan, bahkan menyebut beberapa kegagalannya sebagai “glorious failures”. Mereka sangat jelas memahami sumber kegagalannya dan menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melakukan “breakthrough”.
Sebenarnya, bahkan di parlemen sendiri kita lihat ada acara “hearing” atau “dengar pendapat” yang dimaksudkan untuk “mendengar” apa, bagaimana, mengapa suatu kejadian terjadi, dan apa solusinya. Jadi, slogan "belajar dari kegagalan" benar-benar harus kita pelajari kembali. Istilah “success by failure” memang ada dan merupakan kenyataan.

Sebuah perusahaan, bahkan berani membuat “hall of failure” dan bukan “hall of fame” seperti biasanya. Latar belakang pemikiran perusahaan tersebut sangat jelas. Perusahaan mengupayakan agar para karyawan meyakini bahwa kegagalan adalah bagian dari upaya perusahaan yang menginginkan karyawan mau mengambil risiko dan tidak dihantui ketakutan akan kegagalan. Perusahaan tersebut bahkan menginstruksikan untuk mencantumkan cerita kegagalan dan apa yang dipelajari dari kegagalan tersebut, dilengkapi dengan tandatangan yang bersangkutan. Ada individu yang menulis di “hall of failure” dengan mengatakan bahwa setelah 7 tahun berusaha, ia berhenti belajar bermain biola. “Lesson learned” yang ia sampaikan adalah “Saya tidak akan peduli dengan pendapat orang bahwa saya tidak bisa main musik”.
Pernyataan ini, meskipun nampaknya tidak relevan dengan proses bisnis perusahaan, sebenarnya menanamkan keberanian pada mental individu untuk siap menghadapi kesulitan dalam situasi apapun. Pimpinan perusahaan bahkan mengatakan “We don't just encourage risk taking at our offices: we demand failure”. Kemajuan, inovasi, dan sukses memang sesungguhnya lebih mudah dipelajari dari kesalahan-kesalahan di sana-sini. Hal seperti ini bermanfaat bila saja pendekatan kita terhadap kesalahan memang positif, mendalam, dan ditekuni.

Budaya "strongly - weak!"
Mengembangkan budaya yang sadar akan kelemahan dan menjadikan "lesson learnt" sebagai kekuatan, bisa jelas kita lihat pada olahragawan. Jarang sekali juara-juara olah raga tidak mempelajari kelemahannya. Individu- individu yang demikian, tumbuh menjadi orang yang lebih membumi, kritis, fair, dan jujur, serta bisa memandang bahwa realitas itu menyakitkan, namun penyembuhannya akan membawa ke kesuksesan. Kegagalan seharusnya tidak menjadi sesuatu yang kita ratapi, namun jalan bagi kita untuk juga memahami di mana letak kekuatan kita, serta bagaimana kegagalan bisa menjadi momentum untuk membawa perbaikan.
Dalam suatu masyarakat, di mana keragaman individu tidak mudah dikontrol, kita memang perlu pemimpin yang mencontohkan sikap belajar dari kegagalan, bahkan membawa kegagalan sebagai sarana untuk mengembangkan "trust". Kita bisa belajar dari pemimpin negara Jepang dan Cina ketika menghadapi bencana. Rakyat langsung mempunyai respek tinggi terhadapi cara pimpinan menghadapi krisis. Saat menghadapi wawancara, kegagalan yang pernah kita alami pun sebetulnya tidak melulu harus disembunyikan. Bila kita bisa membahas bagaimana sikap dan “action” kita untuk "bouncing back", hal ini malah bisa menjadi nilai tambah kita.
(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Sumber: Kompas.com

Pembisnis muda

Bisnis itu menyenangkan dan kesuksesan finansial adalah impian setipa orang, tak terkecuali kamu yang saat ini masih mengenyam pendidikan dibangku kuliah. Kesuksesan finansial memungkinkan kamu dapat menjalani gaya hidup yang diangankan dalam pikiran, melakukan apa yang kau sukai, membeli barang yang kamu inginkan, membaginya dengan orang-orang yang disayangi, menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik dengan kedermawanmu, serta mewujudkan segala rencana yang kamu inginkan.
Uang memang bukan segalanya, namun patut di ingat bahwasanya segala hal di dunia ini membutuhkan uang. Ingatlah, kamu tidak akan memaksimalkan nilai-nilai pentingl ain seperti keluarga, kesehatan, karier, hubungan, bahkan sepiritual, tanpa uang. Dengan uang pula, kamu akan lebih mampu menolong banyak orang. Ingat pula, bahwa uang bukan sumber dari segala kejahatan. Sebaliknya, kekurangan uang akan menjadi sumber dari banyak kejahatan.
Karena itu, sudah bukan rahasia lagi kalau saat ini banyak bermunculan kaum intelektual muda yang punya power dalam bisnis. Tidak percaya lihat saja disekeliling kita, ada banyak anak kuliahan yang sudah punya usaha sendiri dan sudah merengguk kesuksesan di usia mereka yang relatif masih muda. Mulai dari membuka distro, membuka produksi kertas daur ulang, membuka bimbingan belajar, menulis dan menerbitkan buku, membuka kursus berenang dan sebagainya.
Banyak mahasiswa yang sukses menjalankan bisnis jauh di luar latar belakang akademis mereka. Andi Irma Arianty, misalnya, alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini sukses menjalankan bisnis pembuatan kartu undangan dengan label Yoyomima's Cards dan membuka showroom di Jl. Raya Condet No. 23 Cililitan, Jakarta Timur. Ia memulai usaha tersebut dengan membuat kartu undangan pesanan saudara atau warga disekitar Condet.
Tersebar dari mulut ke mulut, kartu undangan cantiknya makin dikenal. Pesananpun makin banyak, dua tahun setelah berkiprah dibisnis kartu undangan, Irma tak hanya mendapatkan order dari wilayah Jabotabek. Kartu-kartu undanganya ehing supanya telah cukup dikenal sehingga mendapat pesanan dari warga Bandung, Surabaya,  Makasar, Lampung, hingga Banda Aceh. Bahkan, pucuk pimpinan sebuah perusahaan asal Inggris juga memesan kartu undangan Yoyomima's untuk pernikahan anaknya di London. Saat ini, usahanya telah beromset rata-rata Rp 25 juta per bulan. Bahkan, pada bulan-bulan tertentu ketika banyak orang menggelar acara pernikahan, angka tersebut bisa bertambah.
Nah, apakah kam ingin mereguk sukses seperti Irma Arianty ataupun orang-orang sukses yang selama ini kamu kenal dekat? jika ya, mulailah perjalanan seribu mil-mu dari sekarang juga.
Good luck......